Salah satu hal yang bikin saya iri terhadap para pekerja di negara-negara Barat adalah banyaknya jumlah cuti yang mereka terima. Di luar libur akhir tahun dan cuti tahunan, mereka juga mendapatkan libur musim panas.
Sehingga seorang pekerja di Perancis, misalnya, bisa mendapatkan cuti total lima minggu dalam setahun.
Sementara itu, kita di Indonesia rata-rata cuma punya jatah 12 hari per tahun, itupun sering dipotong cuti bersama. Beberapa kantor malah memberlakukan sistem pro rata. Tiap bulan kita dijatah satu hari cuti. Jadi kalau mulai masuk kerja Januari dan mau cuti di bulan Maret, kita hanya punya jatah tiga hari.
Belakangan, beberapa kantor tidak lagi memperbolehkan kita menabung cuti di luar periode yang ditetapkan (biasanya setahun). Jatah cuti yang tidak digunakan di tahun bersangkutan akan hangus. Tapi bukan berarti kita tidak bisa jalan-jalan dalam waktu yang lama.
Waktu saya jadi "mbak-mbak kantoran", saya pernah cuti hampir sebulan sampai bikin iri teman sekantor.
Berikut beberapa trik bagaimana cara mendapat liburan lama:
Maksimalkan "tanggal merah"Biasanya mendekati akhir tahun kita sering menerima email yang di-forward tentang daftar hari libur nasional tahun berikutnya. Nah, mulailah cek di bulan apa terdapat banyak hari libur. Apakah hari-hari libur itu berdekatan sehingga bisa kita manfaatkan dengan mengambil cuti di antaranya?
Kita bisa juga mencari hari libur yang menghasilkan "harpitnas" lalu cepat-cepat ajukan cuti di tanggal itu sebelum rekan kerja lain mendahului.
Menghemat cutiUsahakan memulai perjalanan liburan di sore atau malam hari di hari terakhir kerja. Selain memperpanjang waktu liburan di tempat tujuan (karena hari berikutnya kita punya seharian waktu di sana), kita juga jadi hemat cuti.
Untuk meninggalkan kantor beberapa jam lebih cepat kan bisa minta izin — jadi jatah cuti aman. Kalau masih kuat, kita bisa juga pulang pada Senin subuh dan langsung bekerja. Sehingga hari Senin tidak perlu cuti.
Menambah jatah cutiMemangnya bisa menambah jatah cuti? Bisa, asal tahu caranya. Di sebagian kantor, bekerja lembur hari Minggu atau libur bisa diganti jatah cuti. Kalau kantor Anda tidak memberlakukan kebijakan itu, pandai-pandailah bernegosiasi dengan atasan. Jadi, mulai sekarang rajin-rajin deh mengajukan diri lembur di saat orang lain leyeh-leyeh di rumah.
Cermat melihat peluangYakinlah bahwa hubungan kerja adalah "human business" dan segala sesuatu bisa dinegosiasikan. Selain kenaikan gaji dan pangkat, performa kerja yang baik juga meningkatkan bargaining powerkita, termasuk dalam hal cuti. Saat beban kerja membludak, jangan ragu mengajukan diri untuk mengambil alih pekerjaan rekan yang tidak masuk karena sakit.
Atau kita bahkan bisa bekerja rangkap karena ada rekan kerja yang keluar dan belum ada gantinya. Saat beban menurun, Anda bisa menghadap ke atasan untuk meminta cuti tambahan sebagai "upah".
"Memanfaatkan" libur bersama
Penerapan libur bersama oleh pemerintah ada plus minusnya. Plusnya jelas kita punya hari cuti dan "terpaksa" libur. Minusnya, libur itu diambil dari jatah cuti yang sudah sangat sedikit. Kalau memang kita punya rencana untuk jalan-jalan di saat itu, ya tidak masalah. Kalau tidak?
Lagi-lagi dibutuhkan negosiasi dengan atasan. Ajukanlah "proposal" untuk bekerja saat libur bersama dan mintalah tambahan cuti sebagai gantinya. Tentunya proposal Anda harus masuk akal dan tidak membebani kantor. Misalnya ajukan diri untuk melakukan market survey dan membuat laporannya selama libur.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar