Seperempat penduduk Korea Selatan tinggal di Seoul, sehingga menjadi kota terpadat di Korea Selatan. Otomatis, segala hal pun terpusat di sini. Seperti Jakarta, dinamisnya Seoul langsung terasa begitu menginjakkan kaki di bandara internasional Incheon.
Seoul telah menjadi pusat politik, ekonomi, dan kebudayaan Korea selama enam abad terakhir sejak jaman Raja Taejo, pendiri dinasti Chosun. Di kota serba modern ini, bangunan baru bersatu harmonis dengan istana dan pintu-pintu tua pembatas peninggalan Koryo--sebutan Korea zaman dulu. Misalnya di daerah pintu tua peninggalan dinasti Chosun - Dongdaemun dan Namdaemun - kini padat dengan gedung tinggi berarsitektur modern.
Setelah masuk hotel, tempat tujuan pertama adalah Pasar Seni Insadong. Tidak terlalu sulit untuk mencapai Insadong, ada beberapa alternatif jalur kereta bawah tanah. Dengan menggunakan jalur oranye, Anda bisa turun di stasiun Anguk. Dengan jalur biru, Anda bisa turun di stasiun Jonggak atau Jongno Sam jika menaiki jalur ungu. Idealnya, Anda turun di stasiun Anguk karena lebih dekat untuk berjalan kaki ke Insadong.
Insadong merupakan daerah paling tepat untuk merasakan kebudayaan tradisional Korea. Banyak galeri di situ menampilkan berbagai kreativitas desain seni yang akan mengundang decak kagum.
Ada galeri yang isinya cuma memamerkan gentong-gentong tradisional Korea yang dilukis dengan warna-warna pop. Unik sekali terlihatnya. Ada juga galeri yang menampilkan karya fotografi gedung-gedung tua di Seoul, galeri keramik, kerajinan tangan, sampai furnitur antik. Sayangnya, begitu saya mencoba mengabadikan, petugas galeri langsung memberi tanda tidak boleh memotret.
Insadong juga surga buat para turis yang mencari oleh-oleh Korea. Mulai dari gantungan kunci, pulpen, patung, baju sampai camilan lengkap di sini. Harga oleh-oleh di Insadong juga sangat terjangkau.
Di antara jejeran galeri, ada satu pasar mungil yang menjadi favorit saya. Namanya, Ssamziegil Market. Lantai bertingkat bangunan pertokoan ini sepertinya sengaja dibuat tidak simetris dari satu sisi ke sisi yang lain. Sepintas mengingatkan saya dengan Rumah Miring di Dunia Fantasi. Tembok dinding pertokoan ini sengaja tidak dicat, tapi di beberapa sisinya menampilkan lukisan para seniman. Selebihnya, seperti disediakan untuk dicorat-coret oleh pengunjung. Bahkan toiletnya pun tidak luput dari corat-coret yang justru membuat gedung ini berseni.
Barang-barang yang dijual di Ssamziegil pun lebih funky dan ditujukan
untuk anak-anak muda. Contohnya seperti lukisan, boneka teddy bear,
bunga, baju, kosmetik sampai pancake dan jus buah-buah yang sangat
menggoda.
Selain tempat ideal mencari oleh-oleh, Insadong juga jadi tempat seru untuk wisata kuliner. Sepanjang jalan, banyak lapak makanan jajanan pasar sampai hidangan tradisional Korea. Buat yang suka sekali dengan topokki (semacam makanan yang terbuat dari tepung beras), bisa langsung mengunjungi toko kue beras Nagwon yang terkenal dengan berbagai makanan dari tepung beras.
Usai menikmati galeri seni dan mencoba camilan di jalan Insadong, kita bisa berjalan kaki sedikit ke klenteng Jogyesa yang merupakan tempat beribadah sekte terbesar penganut Buddha di Korea. Atau bisa mampir ke paviliun Bosingak Bell dan lonceng raksasanya. Lonceng ini dibunyikan setiap kali pergantian tahun. Di sekeliling paviliun terdapat drum tradisional besar yang memberi aksesori tersendiri tata kota di situ.
Di seberang paviliun, kontras dari bangunan kuno, ada menara Jongno yang menampilkan arsitektur bangunan super unik. Jika naik ke lantai paling atas di malam hari, kita bisa melihat kota Seoul lengkap dengan hamparan lampu yang menakjubkan. Jadi, tidak perlu jauh-jauh ke menara Seoul.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar