Search

Rabu, 15 Juni 2011

Sepeda vs Kendaraan Bermotor




Data PT Astra International Tbk menunjukkan, 705 ribu sepeda motor dan 60,7 ribu mobil terjual sepanjang April 2011 di seluruh Indonesia. Artinya, satu motor terjual setiap empat detik, dan tiga mobil terjual setiap dua menit.

Seiring dengan pertumbuhan kendaraan bermotor, sepeda mulai terpinggirkan. Paling tidak inilah yang terjadi di Sumatera Barat.

Warga Pariaman, Ayu (32), bercerita bahwa sepeda sudah jarang ditemui di kota ini. “Anak-anak pun tak main sepeda lagi. Dulu banyak, tapi sekarang motor tambah banyak,” kata dia. Padahal menurut guru PPKN ini, siswa SMP atau SMA lebih baik naik sepeda dibanding sepeda motor.

Sementara itu, Eldewin, warga Solok, mengatakan dulu dia sering bersepeda keliling Danau Singkarak bersama kawan-kawan. “Sekarang saya tidak pernah lagi melihat ada yang melakukannya. Semua naik kendaraan,” kata dia.

Kenyataan ini lumayan ironis sebab Sumatera Barat adalah tuan rumah lomba sepeda Tour de Singkarak. Kejuaraan ini menempuh jarak 743,5 km sepanjang Sumatera Barat — melintasi 12 kota dan kabupaten. Ribuan penonton selalu memadati tepian jalan yang dilewati pembalap, mulai dari Padang hingga berakhir di Danau Singkarak. Suasana sangat riuh setiap kali pembalap melewati para penonton. 

Namun keriaan itu rupanya belum diwujudkan untuk lebih mencintai sepeda dan menggunakannya dalam kehidupan sehari-hari. 

Walikota Solok Irzal Ilyas mengakui, minat menggunakan sepeda telah menurun dibandingkan zaman dahulu. “Dulu memang ada lebih banyak pelajar yang menggunakan sepeda,” kata dia. Irzal mengaku telah membicarakan persoalan ini dengan perangkat daerahnya, meski hingga sekarang tak ada aksi nyata.

Gubernur Sumatera Barat Irwan Prayitno berharap, Tour de Singkarak bisa meningkatkan minat masyarakat untuk memilih sepeda sebagai alat transportasi andalan. Sebab, selain bebas polusi, sepeda juga menyehatkan. Tetapi Irwan mengaku belum punya rencana untuk mendukung hal itu.  ”Saya ingin sepeda juga menjadi pilihan transportasi bagi pelajar, mahasiswa, maupun PNS. Caranya masih akan dikaji,” ujar Irwan. 

Padahal anak-anak masih ingin bermain sepeda. Salah satunya adalah Yos, anak kelas 3 SD Ilham Panjang. Yos datang sendirian di lokasi finish di Danau Kembar sejak pukul 07.00 WIB. Dia rela menunggu hingga pembalap berangkat kembali pada pukul 13.00. Yos tidak peduli rumahnya agak jauh dari Danau Kembar. Dia ingin meihat balap sepeda “karena ingin juga punya sepeda.”
Tak mau berlama-lama menunggu tindakan pemerintah, beberapa komunitas sepeda dan individu telah memulainya sendiri. Yoelismar Harahap, seorang pegawai, mengaku telah menukar motornya dengan sepeda. “Kesulitan utama menjadi pesepada adalah, belum ada kesadaran masyarakat untuk menghargai pesepeda di jalan,” kata dia.

Bagaimana dengan di daerah Anda?

Tidak ada komentar: