Sebenarnya ada cara lain. Kalau tidak mau menghabiskan tenaga dengan berjalan di lintasan yang cukup menanjak, kita bisa naik kereta gantung dari Myundong dan langsung diantar ke atas. Tak seperti di Singapura atau Genting, perjalanan kereta gantung ini hanya 5-10 menit. Tarifnya 7 ribu won pulang-pergi.
Pemandangan Seoul di malam hari dengan menara di belakangnya. Kredit foto: Thinkstock
Begitu turun dari kereta, kita akan langsung tiba di lokasi salah satu adegan paling romantis Boys Over Flowers: inilah tempat Jun Pyo dan Jan Di terjebak di luar stasiun kereta gantung menara. Tentu akan afdol jika kita ikut mencoba kopi panas dari mesin penjual otomatis. Jadi benar-benar terasa seperti momen Jun Pyo dan Jan Di!
Parade gembok cinta
Suasana yang tenang, udara yang bersih, serta pemandangan kota dari atas, menjadikan Menara Seoul tempat nongkrong yang asyik. Tetapi ada satu lagi daya pikat menara yang dibangun tahun 1969 ini bertambah satu: banyak pasangan yang memasang gembok ke pagar menara.
Kebiasaan ini berawal sejak tiga atau empat tahun yang lalu (sebab seingat saya waktu ke sini tahun 2003, pagar menara masih "bersih").
Menurut Korea Times, tradisi pasang gembok cinta ini dimulai oleh sepasang kekasih yang terinspirasi hal serupa di Menara Tokyo. Selain itu, pasangan selebritas Alex dan Sinae yang mengikat janji mereka dengan memasang gembok — yang ditayangkan dalam acara “We Got Married” juga makin mengundang pasangan kekasih lain berbondong-bondong melakukan hal yang sama.
Banyaknya gembok cinta di Menara Seoul. Kredit foto: Syanne Susita
Alhasil, gembok-gembok cinta ini pun semakin memenuhi pagar menara. Model gembok pun bervariasi dan lucu-lucu seperti gambar hati, kelinci, sampai borgol! Malah, banyak yang nekat memajang foto berdua.
Selain menulis nama masing-masing, kebanyakan pasangan menuliskan keinginan-keinginan mereka. Sayang, kebanyakan ditulis dalam bahasa Korea. Hanya beberapa yang ditulis dalam bahasa Inggris yang bisa dimengerti.
Pesan cinta yang tertulis di gembok-gembok di Menara Seoul. Kredit foto: Syanne Susita.
Bisa jelajah museum atau hanya nongkrong
Selain menikmati ratusan ekspresi yang tertulis di gembok cinta, kita bisa menyusuri dinding benteng dan bongsudae (gundukan bata yang di dalamnya tempat menyalakan api unggun). Tempat ini sekarang jadi salah satu titik bagus untuk lokasi berfoto.
Di berbagai sudut area menara juga ada beberapa karya seni yang sengaja dipajang demi kenikmatan kita. Prototipe manusia dari besi yang menggantung di atas, contohnya.
Prototipe manusia dari besi yang menggantung. Kredit foto: Syanne Susita
Para penggemar museum bisa mengunjungi Global Village and Folk Museum. Atau jika masih ingin mencapai tempat yang lebih tinggi lagi, Anda bisa masuk ke menara. Tetapi ini semua tentu tidak gratis. Untuk tiket masuk ke semua area itu, kita harus mengeluarkan kocek 9 ribu won lagi.
Ada juga tenda karikatur. Dengan 5 ribu won, kita bisa mendapatkan karikatur diri.
Tetapi kalau malas menikmati fasilitas tambahan itu, Anda bisa langsung nongkrong di berbagai restoran yang ada di sekitar (itulah yang saya lakukan). Selain karena perut sudah minta diisi, saya juga ingin menghangatkan badan sejenak dengan minum teh dan croissant.
Bagi saya, hanya duduk-duduk menikmati pemandangan kota yang indah ditemani santapan hangat sudah satu kenikmatan sendiri. Setelah itu, saya memilih berjalan kaki pulang, ketimbang kembali lagi dengan kereta gantung karena dengan begitu, saya bisa menikmati suasana hijau yang jadi bagian dari Kebon Raya Namsan (Namsan Botanical Garden).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar