"Kami yakin dengan potensi andalan yang dimiliki ini, Kota Pekalongan akan mudah menggapai harapan agar lebih dikenal sebagai sebutan Kota Batik Dunia. Tentu saja, untuk menggapai harapan itu perlu adanya kerja keras dari semua pihak," katanya. Saat ini, di Museum Batik Nasional Pekalongan telah tersimpan sekitar 1.098 koleksi batik kuno dan modern yang diciptakan oleh perajin batik di Indonesia.
Batik yang tersimpan di Museum Batik Nasional Pekalongan ini merupakan jenis batik yang dipengaruhi dari Karton Solo, Yogyakarta, Tegal, Pekalongan, Rambang, dan Lasem. Karya batik ini ada yang dibuat pada tahun 1850 hingga 2010.
Koleksi batik tersebut disumbangkan oleh para elemen pencinta dan kolektor batik dari seluruh Indonesia, seperti Asif Sakur asal Yogyakarta, Kesultanan Solo, Akbar Tanjung, dan Widaningsri. Anita Ikonen, wisatawan asal Finlandia saat berkunjung ke Pekalongan belum lama ini, mengatakan prospek kerajinan batik Pekalongan makin cerah di mancanegara, seperti di Asia Tenggara, Eropa dan Amerika.
Kepopuleran batik Pekalongan ini, katanya, setelah kerajinan itu ditetapkanya UNESCO sebagai warisan budaya dunia. "Batik semakin dikenal di Eropa," kata Anita Ikonen yang berkunjung ke International Batik Center (IBC) di Wiradesa, Pekalongan belum lama ini.
Ia mengatakan kebanyakan warga Eropa menggunakan batik sebagai interior dan aksesoris rumah, tetapi belum menjadi kebiasaan untuk berbusana. "Kita tertarik karena batik Indonesia atau Pekalongan karena memiliki ciri khas alami dan bernilai seni tinggi. Kami berharap kualitas batik bisa terjaga, sehingga warga Eropa tidak kecewa membeli produk Indonesia tersebut," katanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar