Oleh: Fajar Anugrah Putra
Bagi pekerja kantoran ibu kota, bulan Ramadan punya nuansa berbeda. Karena kantor pemerintah dan beberapa perusahaan swasta mengurangi jam kerja, mereka bisa datang agak siang dan pulang lebih awal.
Momen yang selalu ditunggu-tunggu tentu saja adalah saat berbuka puasa. Meski jam kantor di banyak instansi di Jakarta dan sekitarnya sudah dikurangi, tetap saja yang namanya berbuka puasa di rumah bersama keluarga adalah hal yang sangat mahal bagi banyak karyawan di Jakarta.
Kenapa mahal? Pertama bisa karena beban pekerjaan yang menumpuk yang tetap mengharuskan seseorang pulang di malam hari meski di bulan puasa. Mau tak mau berbuka puasa pun dilakukan sekadarnya saja di kantor dengan teh manis panas atau camilan ringan. Atau bersama rekan-rekan menyantap menu berbuka di restoran. Tentu saja yang terakhir ini membutuhkan anggaran lebih.
Kedua bisa juga karena pegawai lebih memilih berbuka di kantor atau restoran terdekat karena “malas” harus berjibaku menembus kemacetan dan segala keruwetan jalanan Jakarta.
Selama Ramadan, terutama di sore hari, jam kemacetan bisa dibilang bergeser. Jika di luar Ramadan macet mulai terjadi pukul 17.30 WIB, maka di bulan puasa kendaraan bermotor sudah mulai mengular sejak pukul 16.00 WIB.
Saat itu sebagian besar pengendara menjadi semakin tidak sabar karena ingin segera tiba di rumah atau tensi yang meninggi akibat menahan lapar dan dahaga. Uniknya beberapa saat selepas azan maghrib, banyak ruas jalanan ibu kota tampak sepi bahkan lengang.
Berbuka puasa di kantor atau di restoran terdekat membuat pegawai tidak terburu-buru dan lebih fokus menyelesaikan pekerjaannya.
Tapi ada juga yang mengusahakan berbuka puasa di rumah. Alasannya beragam, tapi yang paling utama ialah adanya kehangatan dan kenyamanan saat berbuka di rumah bersama keluarga tidak didapatkan jika berbuka puasa di luar rumah, meski di restoran mahal atau hotel mewah sekalipun.
Seorang karyawan swasta sebuah perusahaan asing rela berangkat lebih awal dari rumah di kawasan Bintaro, Tangerang Selatan, setiap bulan Ramadan. "Sampai kantor jam enam (pagi) kurang. Jadi jam tiga sore bisa pulang ke rumah," ujar Ivan (27).Iban biasanya tiba di kantor di kawasan Senayan pada pukul 09.00 WIB dan meninggalkan kantor pukul 19.00 WIB.
Bagi Ivan menyantap menu masakan rumah selalu memberikan cita rasa yang berbeda. Tak hanya itu, menunaikan salat maghrib berjamaah dengan anggota keluarga juga sebuah momen yang menyenangkan.
Sebelum mengubah jam kerjanya tersebut, Ivan terlebih dulu berkoordinasi dengan atasannya. Koordinasi penting agar atasan atau perusahaan mengetahui dengan jelas alasan perubahan jam kerja karyawan yang ingin berbuka di rumah.
Lain ceritanya kalau atasan atau perusahaan tidak memberikan izin.
Bagaimana dengan Anda; lebih suka berbuka puasa di rumah bersama istri/suami, anak dan keluarga? Atau di kantor/restoran bersama teman-teman?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar