Search

Senin, 08 Agustus 2011

Mimpi Indonesia Menjadi Rumah Batik Dunia


REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Staf Ahli Menteri Perindustrian Doddy Soepardi mengatakan, Indonesia bertekad menjadi rumah batik dunia setelah mendapat pengakuan dari UNESCO bahwa batik adalah warisan budaya tak benda milik negeri ini.
"Sebagai tindak lanjut dari pengakuan UNESCO itu, kami terus melakukan kegiatan untuk mengembangkan batik," kata Doddy yang juga Dewan Pembina Yayasan Batik Indonesia (YBI) kepada ANTARA, di Jakarta, Ahad (7/8).
Ia mengatakan, dalam dua tahun terakhir Indonesia giat melakukan promosi batik di dalam dan luar negeri, terutama melalui pameran, di antaranya pameran batik warisan budaya di plasa Kementerian Perindustrian, yang omzetnya mencapai Rp 1,7 miliar, dalam empat hari.
"Selain pameran, pada 28 September sampai 2 Oktober 2011, kami berencana melakukan 'World Batik Summit', di Jakarta, yang akan dihadiri oleh sekitar 750 - 800 orang peserta dari dalam dan luar negeri," katanya.
Doddy mengemukakan, 'World Batik Summit' (WBS) akan mengambil tema "Indonesia Global Home Batik." Artinya, kata dia, siapa saja di dunia boleh punya batik, tapi rumahnya hanya ada di Indonesia.
"Kami bertekad Indonesia menjadi rumah batik dunia," ujar Doddy yang juga Ketua WBS yang akan diselenggarakan di Balai Sidang, Jakarta itu.
Ia menjelaskan, WBS akan berisi acara seminar, pameran, peragaan busana batik dari Indonesia, Thailand, Jepang dan Shanghai (China), serta kunjungan ke sentra produksi dan museum batik, terutama di Jakarta dan sekitarnya. "Pada akhir acara WBS akan ada deklarasi bahwa Indonesia adalah rumah batik dunia," katanya.
Doddy berharap, berbagai kegiatan yang dilakukan mampu mempertahankan batik sebagai warisan budaya Indonesia, kemudian mendorong peningkatan kualitas batik nasional, meningkatkan pendapatan perajin, dan memperluas pasar batik Indonesia.
Berdasarkan data Kemenperin, pada 2010 nilai produksi batik nasional naik 13 persen menjadi Rp 732,67 miliar dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai Rp 648,94 miliar. Menperin MS Hidayat bahkan menargetkan produksi batik bisa menembus Rp 1 triliun.

Tidak ada komentar: