Search

Kamis, 29 Oktober 2009

Fenomena Distro

Apa sih distro itu pak ? pertanyaan itu yang sering di lontarkan ke saya. Kadang bingung juga saya menjawabnya. Mungkin sekilas saya dapat ceritakan seperti ini .

Distro atau distribution store pada awal sejarah di dirikannya ( sekitar tahun 1994 oleh anak-anak muda di Bandung ) adalah sebagai tempat untuk menjual barang2 merchandise,pernak-pernik atau kaset album bagi band-band indie, selain juga komunitas pecinta extreme sport seperti skateboard,BMX atau surfing.

Distro awalnya di idealiskan oleh anak-anak muda tersebut sebagai counter culture terhadap industri yang sudah mapan , industri rekaman yg sudah mass product contohnya, band2 indie tersebut secara bergerilya memproduksi & memasarkan produk rekaman mereka lewat jalur distro bukan melalui gerai2 resmi.

Band-band indie itupun saat mereka manggung / pentas , baju yg di kenakan akan memakai baju yang mereka ciptakan sendiri, paling unik , norak bahkan kadang sedikit nyleneh, dan itu tidak mungkin mereka dapatkan di mall-mall, kalaupun ada mungkin barang impor yang harganya selangit.

Distro sebagai cerminan dari konsep budaya DIY ( Do It Yourself ) , anti kemapanan, unik, beda , creative dan local movement .

Pada kurun empat tahun terakhir, konsep distro sudah mulai sedikit lebih melebar, dengan semakin banyaknya pemain yang terjun dalam industri ini.

Mereka melihat potensi market untuk anak muda ini sangat luas serta makin dapat di terimanya konsep distro ini bukan hanya sekedar di peruntukkan bagi kaum indie saja, tetapi sudah mulai bergeser sebagai bentuk dari lifestyle.

Di kota – kota besar , anak-anak muda sekarang ini begitu gandrung dengan produk-produk distro. Keunggulan dari produk distro selain unik, creative, up to date, limited ( jadi exclusive ) juga “gue banget” yang mungkin tidak akan mereka dapatkan di toko atau di gerai2 seperti Matahari Ramayana, Sogo dll .

Masing-masing merek clothing pun mempunyai ciri khas atau karakter yang berbeda-beda , ada yang bertema musik, extreme sport , street art, hi-tech, typography, gothic , ada juga yang bertemakan kampanye tentang pemanasan global.

Distro dan perkembangannya

Jelas sekali pada saat ini, distro telah menjadi semacam industri yang sudah di perhitungkan dalam kancah perekonomian nasional, di saat industri garment tanah air meriang di banjiri oleh produk impor dar China .

Distro dengan spirit local product nya , mampu bertahan dari serbuan produk impor. Dalam industri ini, banyak sekali pengusaha2 kecil yang terlibat, mulai dari tukang jahit, tukang sablon/bordir yang rata-rata semua di kerjakan dalam skala home industry.

Tidak seperti industri UKM lain yang biasanya di manja ( fasilitas, pendanaan & akses peluang ) oleh pemerintah , industri kreatif anak2 muda hampir tidak di lirik oleh pemerintah, padahal rata2 usaha ini di awali dari sekedar hobi dengan modal yg pas-pasan serta skill pengelolaan usaha yang apa adanya .

Baru pada tahun2 belakangan ini, pemerintah mulai memberikan akses dan sarana2 untuk membantu industri kreatif ini lebih berkembang, mengingat efek multiflyer ekonominya yang cukup luas.

Pada saat ini kata distro telah menjadi semacam “ public domain “ yang siapapun bebas memakainya, walaupun telah melenceng dari konsep dan spirit pada saat di dirikan dulu. Makna “distro” telah mengalami degradasi arti, menjadi semacam “collection “.

Industri ini sudah semakin semarak, hampir di setiap kota di sudut-sudut jalan telah berdiri distro-distro,.
Anak-anak muda ini pun terus bergerak, selalu creative untuk menciptakan hal-hal baru, banyak dari teman-teman saya telah menjadi milliader di usia 25 an dari bisnis ini.

Dengan mengusung konsep masing2, mereka menjalankan bisnis ini dengan penuh semangat dan idealisme , banyak juga yang hanya sekedar ikut-ikutan yg hanya mampu bertahan tidak lebih dari 6 bulan, Rata-rata mereka tidak tahu persis bagaimana "rootnya" serta konsep dalam meng-operate distronya dan hanya sekedar melihat dari segi bisnis semata .

Dikutip dari Try Atmojo.

Tidak ada komentar: