Search

Sabtu, 24 Oktober 2009

Fotografi : Memahami Lensa

Merepresentasikan foto melalui eksplorasi sudut pandang, angel, maupun prespektif sangat bergantung pada pemahaman terhadap lensa. Kemampuan memahami lensa membuat fotografer lebih mendalami dimensi ruang. Dia bisa mengimprovisasi objek sederhana menjadi tampilan foto elegan dalam prespektif yang berbeda. Bahkan, sesuatu yang tidak menarik secara visual dapat dibuat hingga punya daya tarik dengan mengubah sudut pengambilan (angel).


Untuk mempresentasikan foto berdasarkan kualitas, tentu kebutuhan lensa dengan mutu yang baik menjadi pertimbangan utama. Sebenarnya secara kualitas, tingkatan hasil foto ditentukan oleh tiga faktor. Yaitu, lensa, sensor, dan prosesor. Ketiganya berperan penting menghasilkan gambar yang baik. Salah satu peran sensor berhubungan dengan resolusi, yaitu jumlah pixel. Sedangkan prosesor berkorespondensi dengan dynamic range, selain tetap berkorelasi dengan sensor dan pilihan optik.


Dari tiga unsur tersebut, lensa merupakan urutan utama yang menentukan kualitas gambar, yaitu tajam, detail, dan clarity (jelas). Sebab, lensa dengan kualitas tidak optimal akan berpengaruh langsung terhadap hasil foto yang juga tidak optimal.


Memilih lensa bermutu baik memang berdasar banyak aspek. Mulai kontras optik, daya pisah lensa, bahan optiknya, hingga coating lens. Sedangkan pilihan fasilitas yang tidak berkaitan langsung dengan kualitas adalah jarak fokus terdekat, diameter lensa, kontruksi lensa, (susunan optik dalam lensa), autofokus yang cepat, silent motor, mikroposesor, motor mekanis didalam, stabilizer (antishock), maupun pilihan focal length. Namun, seseorang tidak mungkin bisa meneliti sedetail itu ketika memilih lensa. Mereka kadang lebih terpikat oleh penjelasan sang penjual. Sah saja, tapi yang perlu diteliti adalah jenis bahan lensanya dari plastik atau kaca optik.


Setelah itu, baru kriteria kualitas lensanya. Setiap produsen punya spesifikasi sendiri pada produk lensa. Misalnya, lensa Canon kelas L series dan non L series.L artinya kode Luxulury, lensa paling istimewa kualitasnya. Banyak yang menghindari pembelian lensa kit Canon (non L series) yang dianggap menimbulkan error 99 (kerusakan, sehingga memutus hubungan antara bodi dan lensa). Salah satu penyebabnya, kabel selendang fleksibelnya mudah putus.


Lensa yang bagus selalu berorelasi dengan harganya yang tinggi. Apalagi, bila dilengkapi fitur tambahan, seperti bukan aparture terbesar, image stabilizer, dan USM (ultrasonic motor) untuk Canon. Sedangakan Nikon dengan istilah VR vibration reduction dan SWM (silent wave motor). Lensa Canon seri L, Nikon kode ED, Carl Ziess maupun Leica dibuat dengan resolving power (daya pisah) lensa dan kontras optik yang tinggi. Daya pisah ini memang hanya bisa dilihat di laboratorium khusus lensa yang dilengkapi mikroskop dengan pembesaran 50x atau lebih. Hasil foto lantas dianalisis nilai numeriknya. Nilai tersebut menunjukkan jumlah garis dalam milimeter. Metode itu digunakan untuk menentukan resolusi lensa yang baik.


Jadi, daya pisah lensa adalah kemampuan memisahkan bagian paling kecil elemen dalam foto. Yakni, kerapatan sebuah garis yang masih tampak meskipun berimpitan. Sedangkan kontras optik adalah perbedaan daerah terang (hightlight) dengan daerah gelap (shadow) yang masih memiliki detail. Kontras tinggi dihasilkan ketika rasio reproduksi antara hitam dan putih adalah jelas dan tegas perbedaannya.


Kemudian, kontras rendah terjadi ketika perbedaan tersebut tidak jelas. Kontras disini berbeda dengan dynamic range. Dynamic range merupakan perbandingan yang diukur antara nilai intensitas tertinggi hingga terendah pada exposure eksterm. Persoalan rendahnya dynamic range berhubungan dengan keterbatasan prosesor dan sensor kamera untuk menangkap perbedaan antara daerah gelap dan terang hingga 10 stop. Misalnya, memotret didalam ruang dengan menyertakan panorama diluar ruang. Tentu sulit sekali kamera merekam dua daerah tersebut, kecuali memilki dynamic range yang baik.


Sementara, interelasi coating lens dengan kualitas foto dapat dicermati pada permukaan lensa. Ketika permukaan lensa kita lihat, tampak warna ungu kehijauan atau ungu kebiruan. Sebenarnya warna tersebut berasal dari magnesium flourida yang dilapiskan pada permukaan lensa. Funsi pemberian coating ini bertujuan mereduksi refleksi cahaya pada permukaan lensa sehingga hasil foto tidak terlihat flare. Salah satu efek flare adalah menurunkan ketajaman.


Coating pun bisa terkikis jika permukaan lensa terlalu sering dibersihkan. Bahkan, membersihkan jamur pada optik bagian dalam bisa menghilangkan coating lens. Setiap lensa menggunakan tipe coating berbeda-beda. Ada yang single coating atau multycoating. Secara umum multycoating lebih efesien merefleksikan panjang gelombang sepektrum yang tampak pada lensa dengan indeks refraktif optimal.


Namun, sehebat-hebatnya kualitas lensa, jika tersentuh jari, tentu timbul dampak buruk pada hasil gambar. Hal ini disebabkan ujung jari finger print terdiri atas lipid, asam amino, dan garamyang menempel pada lensa sehingga gambar menjadi buram. Akibatnya, selain ketajaman berkurang, juga timbul flare.


Perbedaan penggunaan lensa memberikan perbedaan perspektif. Perspektif adalah ukuran dan kedalaman relatif subjek gambar. Perspektif juga bisa berarti perubahan bentuk, ukuran, dan kedalaman bidang yang relatif akibat perbedaan cara pandang antara objek dengan kamera. Perbedaan tersebut terjadi karena ada pergeseran posisi dalam melihat suatu dari sudut pandang, jarak, dan ketinggian yang tidak sama maupun pennggunaan lensa dengan focal length yang berbeda.


Penggeseran posisi maupun penggunaan focal length yang berbeda memberikan perspektif yang berbeda pula. Sehingga penggunaan berbagai jenis lensa meiliki fungsi yang berbeda. Seiring dengan perkembangan optic dan teknologi, variasi lensa menjadi begitu banyak. Hingga saat ini lensa DSLR dibagi dalam tiga kategori besar. Yaitu, (1) lensa dibedakan berdasar focal length, (2) rentang optic, dan (3) lensa varian.


Macam lensa berdasar panjang focus terdiri atas lensa tele (tele pendek dan super tele), lensa wide (super-wide dan fish eye), serta lensa normal (standart). Sedangkan lensa berdasarkan lensa rentang optis terdapat dua macam, yaitu lensa fix dan zoom. Yang terakhir, lensa varian terdiri atas lensa makro, reverse lens, bellow, swing, tilt, dan reflex.



Prespektif : Lensa wide memberi efek

lebih luas pada objek yang berada dekatlensa.

Dengan demikian, tinggi botol minuman

22 cm tampak lebih besar ketika di area foreground

daripada tinggi orang.


Disebut lensa standart atau lensa normal karena memiliki panjang focus sekitar 50mm sama dengan mata manusia saat melihat. Perbedaan mata dengan lensa normal itu hanya terletak pada sudut pandang. Mata manusia hampir 180 derajat dalam melihat sesuatu dari depan. Sedangkan penglihatan lensa standar dibatasi jendela bidik kamera yang punya sudut pandang 46 derajat. Namun, sekarang lensa normal tidak hanya memiliki focal length pada nilai 50 mm, melainkan berkembang mulai 46 mm hingga 55mm.


Penyebutannya jadi sulit ketika memakai lensa dengan focal length sekitar 40 mm. Meskipun, pada lensa 35 mm ada kesepakatan disebut lensa sudut lebar atau wide lens. Kini lensa normal mengalami pergeseran penyebutan sejak diperkenalkannya kamera digital. Misalnya kamera digital yang tidak full frame dengan magnifikasi 1,5 maupun kamera four third system. Apakah masih relevan penyebutan bahwa lensa 50 mm termasuk kategori lensa normal? Padahal, angka focal length 50 mm dengan magnifikasi 1,5 lensa akan berubah menjadi 75 mm. Berarti, lensa tersebut mendekati jenis lensa tele pendek.


Demikian juga yang terjadi pada four third system, dimana panjang focal 50 mm menjadi 100 mm. Maka, mana yang benar, penggunaan angka yang tertera pada lensa ataukah bergantung jenis lensanya? Sebab, tidak semua kamera punya faktor magnifikasi yang sama. Ada yang punya pembesaran 1,3 seperti Canon EOS 1D, ada magnifikasi 1,6 milik entry level kamera Canon yang lain ataukah factor pembesaran 1,5 milik Nikon kelas menengah atau pemula.


Sedangkan lensa wide memiliki focal length kurang dari 50 mm, lebih tepatnya focal length 35 mm pada kamera full frame. Sifat lensa sudut lebar adalah meluaskan pandangan atau memberikan kesan menjauhkan sesuatu yang dekat, Selain itu, memberikan ruang tajam dan luas, efek bayangan, serta kontras yang tinggi. Tetapi, lensa lebar memberikan efek distorsi yang mencembungkan daerah sekitar lingkaran tengah dan memipihkan bagian pinggir foto. Sehingga, lensa wide (lebar) lingkungan foreground tampak lebih lebar daripada background.


Lain halnay dengan lensa tele. Fungsinya adalah mendekatkan objek dengan merapatkan gradasi lapisan pada latar depan sampai latar belakang sehingga memiliki ruang tajam pendek. Benda yang berada jauh dibelakang seakan berimpit. Semakin panjang focal length, makin sempit ruang tajamnya.


Sementara itu, lensa zoom atau vario didasarkan pada kegunaan yang lebih fleksibel saat pemotretan. Tanpa maju mundur atau berpindah tempat. Selain itu, punya kemampuan ganda yang menggantikan fungsi sejumlah lensa, dimana beberapa lensa dikemas jadi satu. Selamat mencoba!


Dikutip dari Yuyung Abdi (redaktur foto Jawa POS)



Tidak ada komentar: