Search

Sabtu, 31 Oktober 2009

Hati-hati Bawa Hati

Bagian Pertama
Teman-teman, sebagai orang yang punya ‘hati’ insya Allah kita termasuk orang-orang yang berperasaan, peka sekaligus sensitif. Kalau hati diartikan secara dzohir (lahiriyah) jelas semua orang punya karena tanpa itu proses kehidupan dalam tubuh kita tidak akan berhasil. Sedangkan hati yang kita bicarakan kali ini adalah hati sebagai penentu niat dan amalan. Di mana hati ini lebih dari sekedar hati bermakna dzohir tapi ia bermakna batin. Dan yang jelas tanpa itu kita pasti tidak dapat hidup dengan sehat secara lahir dan batin.
“Ketahuilah, sesungguhnya di dalam tubuh ini ada segumpal daging yang apabila ia baik maka baik pula seluruh tubuhnya dan bila ia rusak maka rusak pula seluruh tubuhnya. Ketahuilah sepotong daging itu ialah hati.” (HR Bukhari-Muslim)
Teman-teman, karenanya tidak seorang pun yang mau dikatakan sebagai orang yang tidak punya hati. Hati laksana raja bagi organ-organ yang lain. Sebelum syaraf pusat di otak memerintahkan kerja organ, sesungguhnya hati dululah yang berkehendak!
Seluruhnya di bawah komando hati. Atas perintah hati inilah diri kita secara umum dapat bergerak untuk menjadi taat ataupun menyimpang.

(Makanya, hati-hati bawa hati, letaknya tersembunyi tapi geraknya terasa sekali…!)

Masalah hati yang tersembunyi ini menyimpan banyak sekali rahasia. Hanya Allah dan diri kita sendiri saja yang paling tahu sebenarnya. “Maksud hati siapa tahu, ” begitulah kata orang. Karenanya mutlak bagi seorang muslim untuk menyempurnakan niat dalam hatinya untuk melakukan segala hal karena Allah semata, sehingga ia akan bergerak dan memilih cara sesuai yang Allah tetapkan.
“Katakanlah : ‘Jika kamu menyembunyikan apa yang ada dalam hatimu atau kamu melahirkannya, pasti Allah mengetahui’. Allah mengetahui apa-apa yang ada di langit dan di bumi. Dan Allah maha Kuasa atas segala sesuatu.” (Qs. 3 : 29).

Dari hati seseorang akan terwujud dalam suatu tindakan, sering pula dalam tindakan tersebut akan mampu terbaca kata hatinya oleh orang lain (kecuali orang yang berperan lain sehingga berbeda antara hati, kata dan perbuatannya?). Misalnya aja orang yang mencintai saudaranya akan dapat dilihat dari caranya memperlakukan saudaranya itu. Demikian pula jika kita membenci seseorang. Orang yang beriman selayaknya menyamakan antara apa yang ada di dalam hatinya dengan sikapnya. (bersambung )

By : (X-One)

Tidak ada komentar: