“Begini, teman-teman…, ” Andy sang ketua kelas 11-A SMU Maju Terus mengatakan sesuatu di depan anak buahnya. “ Gimana kalo dalam rangka menyambut Valentine’s Day kita kompakan. Yang cewek pake pita merah muda dan yang cowok pake pin merah muda juga. Terus kita adakan acara tukar kado. Setuju, nggak??? “ Robi menyampaikan idenya dengan semangat.
Sobat Insan pernah mengalami kejadian di atas, nggak? Kalo pernah, apa komentar kalian ? Ada yang merasa senang dengan acara seperti itu, atau ada yang merasa ‘nggilani’ karena udah pada gede masih kaya anak panti asuhan yang barang-barangnya pada sama semua. (He…, he… , he... .)
Mendengar nama Valentine’s Day, yang muncul di benak kita pastilah segala sesuatu yang berhubungan dengan cinta dan kasih sayang. Sesuatu yang identik dengan warna merah muda dan yang identik pula dengan hati. Tapi ”X” yakin, di antara kalian banyak yang nggak ngerti bagaimana proses terjadinya penetapan tanggal 14 Pebruari menjadi hari Valentine… . (Ya, nggak?)
Tapi, kali ini ”X” nggak akan membahas sejarah Valentine karena sudah banyak media yang membahas tentang sejarahnya, melainkan gimana sih seharusnya seorang remaja muslim menyikapi Valentine. Ikut-ikutan merayakannya seperti anak panti asuhan, ataukah malah digunakan untuk hal-hal yang lebih bermanfaat?
Teman-teman, sebagai seorang remaja muslim bila kita mengikuti tradisi perayaan Valentine seperti orang-orang pada umumnya akan membuat para penghancur Islam tertawa puas atas hasil kerjanya. Karena dalam Islam sendiri tidak pernah ada hari yang dikhususkan untuk menjalin kasih sayang. Setiap hari, setiap menit, setiap detik bahkan kalau perlu setiap tarikan nafas kita mengandung rasa cinta, cinta pada Allah atas segala karunia-Nya.
Louis IX seorang panglima Perang Salib, pernah mengatakan bahwa kehancuran kaum muslimin dengan jalan peperangan adalah mustahil. Karena mereka tegak di atas prinsip yang jelas, karena itu kita harus menempuh cara lain, yaitu melalui jalan ideologi dengan menghancurkan konsep dasar Islam dengan berbagai macam penafsiran keliru dan keragu-raguan.
Nah, teman-teman jelaslah sudah bahwa saat ini remaja muslim sedang mengalami hal tersebut. Bahwa sesungguhnya remaja kita dicekoki omongan atau makian ndeso, kuno, ketinggalan jaman bila nggak mengikuti acara perayaan Valentine. Padahal bila dilihat isinya… ih… pasti nggak selamet, deh. Banyak pasangan muda-mudi yang bener menjadi nggak bener setelah merayakan Valentine apalagi muda-mudi yang jelas-jelas nggak bener dan akhkaqnya sangat diragukan.
(Nggak ingin merasa dipermainkan oleh kaum non muslim, kan? Kalo gitu penuhi diri dengan ilmu agama terutama gimana sih Islam menyikapi masalah cinta dan kasih sayang? OK?!)
By : (X-One)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar